DIALOG INTERAKTIF KOLABORASI TRIMLATI KKN-IK IAIN KUDUS 2022

Merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kelompok KKN-IK IAIN KUDUS 2022 yang dikolaborasikan dengan kelompok KKN  Trimlati (Mlati Kidul, Mlatinorowito, Mlati Lor), dengan peserta masyarakat dari Trimlati dan sebagai narasumber dari tokoh agama Mlati Kidul yaitu Budiono Muhsin, tokoh agama Mlati Lor yaitu H. Eddy Yusuf, S.T. dan narasumber dari salah satu dosen IAIN Kudus yaitu Dr. Ma’mun Mu’min, M.Ag., M.Hum. yang mengusut tema “Rawatan Keberagaman Masyarakat Mlati di Era Society”  Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Balai Desa Mlati Lor, tepatnya pada Jum’at malam 30 Oktober 2022.

Pada Dialog-nya Budiono Muhsin mengatakan bahwa masyarakat Kudus mayoritas memeluk agama Islam, akan tetapi juga berdampingan dengan banyak agama, seperti di Menara Kudus identik dengan agama Hindu dari peninggalan hingga kepercayaannya, Sunan Kudus memiliki toleransi yang cukup tinggi, dengan melarang warganya untuk menyembelih sapi sebagai bentuk cara menghargai orang Hindu yang mensucikan hewan sapi atau lembu. Ia juga mengatakan bahwa di Trimlati memiliki karakteristik dan ciri khas tersendiri, seperti di Mlati lor dikenal sebagai wilayah Pendekar dan ahli bela diri hal itu dapat dilihat dari memiliki banyak punden dari Mbah Lebai, mbah Jumput, Mbah Sedet, dan Mbah Budho, di Mlatinorowito identik dengan orang-orang yang ahli berolahraga dan awal mula pemain PERSIKU berasal dari Mlatinorowito, dan di Mlati Kidul terkenal dengan tokoh agamanya serta masyarakatnya yang lebih religius”.

Sedangkan pada dialog yang dikatakan oleh H. Eddy Yusuf mengatakan bahwa “meskipun masyarakat di Mlati memiliki kepercayaan yang beragam akan tetapi mereka hidup secara perdampingan dan rukun. Ia juga mengatakan bahwa di Mlati Kidul memiliki kepercayaan yang berbeda akan tetapi memiliki toleransi yang tinggi, melestarikan adat Jawa. Adapun kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Mlati Kidul yakni NU, Muhammadiyah, dan LDII, walaupun dahulu dari pihak kelurahan sempat menolak adanya LDII akan tetapi sebagai bentuk toleransi maka diterima karena sebagai sesama Islam”.

Dr. Ma’mun Mu’min, M.Ag., M.Hum. salah narasumber dari dosen IAIN Kudus Mengatakan dalam dialognya bahwa “penerapan moderasi beragama dapat terapkan dengan ikut serta dalam kegiatan di berbagai kepercayaan masyarakat (di NU, Muhammadiyah, Kristiyani, dll). Adapun cikal bakal paham-paham moderasi beragama yakni Empu Tantula pengarang kitab Sutasoma, tterkait dengan tantularisme (sikap tawasut terhadap agama atau kepercayaan lain), ia juga mengatakan bahwa semua ajaran atau kepercayaan itu baik, akan tetapi menjadi buruk ketika mereka mengejek, menghina ataupun menyindir kepercayaan yang lain yang kemudian dapat menimbulkan konflik. Ia mengatakan bahwa tidak ada syarat untuk mencaci maki perbedaan kepercayaan, yang diutamakan jangan perbedaannya akan tetapi persamaannya”.

Diharapkan kedepanya setelah acara ini masyarakat dapat mengetahui lebih mendalam tentang data faktual serta dapat mengiimplementasikan nilai dari Moderasi Beragama.

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on google
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on print

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terbaru